Aku yang masih berusia empat tahun itu malah asyik main perosotan dan ayunan sendiri. Di tengah keriaan bermain sendiri datang siswa SD, yang mungkin tiga tahun di atas usiaku. Dia menatapku lama.
"Belum pulang?" tanya laki-laki kecil itu sambil mengerutkan dahi.
"Belum dijemput." jawabku sambil beranjak dari ayunan.
"Sudah siang, ayo pulang bersamaku saja. Aku sudah dijempu Opa." Dia meraih tanganku. Dan aku pun tanpa paksaan mengikuti langkahnya.
Kami berjalan menuju tepi jalan raya. Ada seorang lelaki berambut putih yang tersenyum sambil memegang sepeda tuanya.
Tidak ada basa-basi, Opa itu mempersilakan aku untuk membonceng di depan. Jadilah Opa mengayuh sepeda tua dengan ada aku di depannya dan laki-laki kecil itu di belakang.
Sepanjang perjalanan tidak ada percakapan. Hanya senandung Opa yang beriringan dengan angin semilir di jalanan.
"Sudah sampai, Dik." Aku pun turun dan mengucapkan terima kasih. Opa kembali tersenyum. Laki-laki kecil di belakangnya juga ikut tersenyum dan melambaikan tangan.
Bayangan mereka sudah tidak terlihat. Dan aku bahkan belum berkenalan. Sampai sekarang aku tidak mengetahui siapa laki-laki kecil itu.
Pertemuan tidak terduga dan singkat selalu meninggalkan banyak pertanyaan yang belum tahu kapan terjawabnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar